Kamis, 26 Januari 2017

Day 09 - #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge

Saya memutuskan untuk mengikuti #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge yang berlangsung 18-27 Januari 2017, dan tema untuk hari kesembilan adalah ....

[Tulislah sebuah surat untuk seseorang.]

Untuk kamu yang berada di sana,

Saya di sini ingin mengungkapkan banyak hal, meskipun ini tidak terbaca olehmu nantinya. Terdapat keluh kesah dan pertanyaan, dan sampai di akhir surat ini, saya tidak tahu mana yang lebih mendominasi.

Kita sudah kenal selama kurang lebih enam tahun. Ah, tahun. Saya teringat bahwa dulu kamu pernah mengatakan, apabila persahabatan berlangsung lebih dari tujuh tahun, maka itu akan berlangsung selamanya. Saya mempercayai itu, sampai pada tahun 2016 lalu, kamu mengubah semuanya. Atau saya mengubah semuanya; saya tidak tahu yang mana, semuanya terasa seimbang.

Saya tahu, kamu berada di tempat yang berbeda dengan saya, dengan kadar kesibukan yang berbeda pula. Begitu banyak alasan yang kamu berikan untuk saya, dan saya menerimanya begitu saja. Saya pikir, kamu adalah sahabat saya, sehingga saya tidak perlu mengatakan apa pun untuk meragukanmu.

Namun semakin lama, itu semakin terasa palsu. Semakin terasa bahwa kamu ingin menghindari saya saja. Lewat aplikasi A, kamu bilang ponselmu akan menjadi lamban dan kamu menyarankan saya untuk mengunduh aplikasi B, sehingga saya mengunduh aplikasi chat B. Dengan aplikasi chat B, saya senang, setidaknya kita bisa saling berhubungan lagi … begitu, ‘kan? Namun apa yang kamu katakan? Kamu berkata bahwa di aplikasi itu, semua chat yang saya kirim terpendam. Dan juga, kamu tidak punya waktu.

Baiklah, baiklah. Namun ada di suatu titik di mana saya menyatakan bahwa saya ingin () dan kamu mengabaikan saya begitu saja.

Seolah saya tidak berharga. Seolah hidup saya tidak berharga di matamu.

Dengan itu saya memutuskan: untuk apa mempertahankan tahun-tahun yang berikutnya, kalau bahkan dengan berkomunikasi saja sulit? Bahkan kamu tidak merespons apa yang saya harapkan untuk direspons; titik kelemahan saya, ketika saya saat itu sedang saat jatuh dan benar-benar down untuk bisa dihibur.

Kamu memang meminta maaf. Kamu berkata kamu menangis.

Saya percaya.

Tapi saya egois. Saya masih memendam kekesalan. Kemarahan yang saat itu belum diungkapkan dengan puas.

Dan saya bertanya-tanya, apakah kamu pernah memikirkan perasaan saya waktu itu? Ketika saya berada di titik terendah, ingin melakukan sesuatu yang seharusnya tidak diperlukan? Apa yang kamu lakukan, mengatakan chatmu tertimbun chat yang lain? Mengabaikan hidup saya? Apa saya tidak begitu berartinya? Apakah selama ini persahabatan ini hanya dijalankan dalam satu arah?

Apakah kamu pernah menyesal?

Atau tidak, karena setelah itu, saya (berusaha) memutuskan kontak denganmu? Kamu lega bahwa saya tidak mengganggumu lagi?

Apakah kamu merasa senang? Apakah selama ini kamu peduli?

Apakah kamu tahu bagaimana keadaan saya saat ini?


Dari,
saya yang berada di sini.

Saya berharap kamu membacanya. Atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar