Saya memutuskan untuk mengikuti #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge yang berlangsung 18-27 Januari 2017, dan tema untuk hari keempat adalah ....
[Tanpa menyebutkan namanya, coba
ceritakan bagaimana pertemuan pertamamu dengan si dia.]
Aku bertemu denganmu di sela-sela
suara papan ketik dan suara kertas yang dibalik. Aku bertemu denganmu di antara
bertumpuknya dokumen dan asap kopi yang mengepul. Aku melihatmu di sana,
menggunakan jari-jemarimu untuk mengetik, sesekali menyesap kopi untuk melepas
penat. Aku melihatmu terkadang melepas kacamatamu, memijit hidung dan kepala,
sebelum akhirnya melanjutkan pekerjaan.
Tak pernah ada konversasi di
antara kita. Seringkali hanya tatapan dan berpapasan di lobi. Atau kalau
beruntung, bisa berdua saja di tangga sebelum menuju lift. Ya, kamu memilih
tangga untuk ke lantai tujuh belas untuk baru menaiki lift ke lantai satu,
sementara aku ke lantai tujuh belas untuk menunggu teman. Aku tidak pernah tahu
apa alasanmu untuk pergi ke lantai tujuh belas sementara tempat kita bekerja di
lantai sembilan belas. (Sampai saat ini aku berasumsi supaya kamu bisa melatih
otot-otot kakimu karena terlalu lama duduk, tapi aku tidak tahu juga).
Diam-diam aku melemparkan
pandangan, namun kamu tidak menyadari (atau memilih untuk tidak menyadari). Aku
ingat di suatu kali, kita berpapasan lagi, kamu menatapku begitu tajam. Dan
tentu, sampai saat ini, aku tidak tahu alasannya.
Kita bertemu di antara sibuknya
manusia dan celotehan para pekerja.
Kamu selalu tampak serius,
walaupun aku pernah melihatmu tersenyum dan tertawa di jam-jam kerja. Aku suka
melihatmu seperti itu. Wajahmu ceria. Ada kehangatan di sana. Sisanya, seperti
yang kamu tahu sendiri, kamu selalu serius. Bekerja, bekerja, bekerja.
Tentu aku tidak berani
berkenalan. Aku hanya magang di tempatmu bekerja. Tapi aku tahu namamu ketika
aku mencuri dengar. Aku senang ketika mengetahui namamu, walaupun kamu tidak
tahu namaku. Aku bisa menyelipkan namamu di sela-sela mimpi yang menggulirkan
takdirnya di malam hari.
Sampai dua bulan kemudian, tak
ada interaksi berarti di antara kita. Pernah kita bertemu di pantry, namun tentu saja, tak ada
pembicaraan. Aku pergi lebih dulu karena aku sudah mengisi air di botol
minumku. Aku pergi, dengan langkah pelan-pelan, berharap kamu memanggilku. Dan
tentu saja, itu tidak akan terjadi.
Dan di hari terakhir saat dua
bulan itu, aku berpamitan pada yang lainnya. Kamu tidak termasuk, karena kita
tidak pernah saling kenal.
Tidak saling berkenalan secara
resmi, ya, tapi, aku senang telah bertemu denganmu.
Aku bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika suatu hari, takdir memutuskan untuk mempertemukan kita kembali.
Duh, kok sedih yaaa :(
BalasHapus... begitulah :") omong-omong, terimakasih sudah mampir!
HapusSemoga ada kisah di masa mendatang ya ..
BalasHapusSemoga!
HapusDan terima kasih sudah mampir, ya :D