Lebih dari Cukup
(1000 Tahun Lamanya)
.
"Maaf
sudah menunggu lama," kata Fina ketika dia menarik kursi dan duduk di
hadapan Rio. Rio tersenyum dengan totalitas yang sempurna.
"Tidak
apa-apa," ujar Rio, menekan keinginan untuk meledak karena dia sudah
menunggu sekitar tiga jam, "Tidak apa-apa. Baru sebentar."
Lalu mereka
berdua makan siang seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.
.
"Maaf
sudah menunggu lama," ujar Fina ketika dia keluar dari kantornya dengan
wajah yang muram. Di sana Rio berdiri, gemetaran karena angin dan hujan dan
cuaca yang tidak mendukung menampar tubuhnya hingga hampir roboh. Fina menatap
Rio, lalu mengembangkan payung yang ada di tangan kanannya.
"Aku
lupa kalau kemarin kamu bilang ingin menjemputku," tukas Fina dan mereka
mulai berjalan ke tempat parkir.
"Tidak
apa-apa," sahut Rio dengan suara sedikit gemetar. Tubuhnya basah semua dan
dia yakin besok dia akan bangun dengan lemas. "Hanya sebentar aku
menunggumu."
Fina
tersenyum lebar.
.
"Maaf
sudah menunggu lama."
Kali itu
diucapkan dengan seorang pria yang menggandeng lengan Fina; begitu lengket
sehingga Rio kira mereka tak akan berpisah ketika hujan datang. Rio mendengus
benci. Entah benci pada dirinya sendiri atau laki-laki antah-berantah tersebut.
Tapi kebencian itu bukan untuk Fina.
"Oh
iya. Rio, ini Rama. Rama, ini Rio. Rama mau menemaniku di reunian nanti, tapi
Rio bersikeras untuk menjemputku," jelas Fina pada dua orang pria yang
sedang menatapnya dalam. Fina melanjutkan, "Sori, Rio. Aku bawa Rama nggak
apa-apa, 'kan?"
"Nggak
masalah," jawab Rio dengan kasual dan dengan entengnya masuk ke mobil yang
diparkir dari satu setengah jam yang lalu. "Ayo, masuk."
.
"Maaf
sudah menunggu lama," kata Fina dengan mata sembap dan bengkak, hidung
merah, bibir pucat. Rio menatapnya prihatin; kesal dan gemas, dia ingin menghibur
Fina. Fina tersenyum lemah.
"Putus
sama Rama, Fin?"
Fina
mengangguk. Rio menepuk pundaknya.
"Maaf
ya."
"Tidak
apa-apa," jawab Rio untuk ke sekian kalinya. "Nggak lama, kok."
Jam tangan
digital milik Rio menunjukkan angka 04:00 ketika dia tiba di depan rumah Fina
untuk mengajaknya ke toko buku, dan sekarang sudah berada di angka 05.45.
Rio tahu Fina
membutuhkan waktu karena dia menangisi Rama sepanjang hari.
Tapi, Rio
tetap rela menunggu.
.
"Maaf
sudah menunggu lama," Fina berujar dengan ceria dengan gaun cerah yang
membungkus tubuhnya. Rio tersenyum senang. Mereka berdua akan pergi ke
pernikahan teman semasa sekolah mereka hari ini.
"Baru
tiga puluh menit," gurau Rio, dan mereka bergandengan menuju mobil Rio.
.
"Maaf
sudah menunggu lama."
Mereka
berdua duduk santai di teras rumah Fina yang hanya ada Fina sebagai penghuni
rumah. Di antara barisan gigi ompong dan helaian rambut putih, wajah Fina yang
penuh kerutan tersenyum samar. Rio hanya tersenyum lebar.
Rio tidak
perlu menunggu lagi.
Fina
mengulurkan kedua tangannya ke arah Rio, mengenggam tangan tersebut, dan
berbisik nyaris tak terdengar, "Terima kasih sudah menungguku selama
bertahun-tahun. Maaf sudah
menunggu lama. Aku akan menjadi pendampingmu, Rio, walaupun kamu tidak
pernah mengatakan apa pun padaku. Kamu bersedia menungguku untuk sekian
lama," Fina menghela napas, "Dan itu lebih dari cukup."
.