Rabu, 11 Februari 2015

Lepau di Masa Lampau

Lepau di Masa Lampau


(Thinking Out Loud)


.

Pernah berpikir kalau jatuh cinta itu bisa dalam berbagai cara? Bertemu di warung, misalnya?

Rian bertemu Karina saat Rian ingin membeli lima bungkus kopi dan saat Karina ingin membeli dua bungkus mie instan. Mereka bertemu dan jatuh cinta di cara yang aneh, unik, dan menyenangkan.

.

Mereka berdua bertemu lagi kedua kalinya, kali ini dengan cara yang sama namun berbeda; Karina membeli kopi dan Rian ingin menikmati mie instan.

(Mungkin, itu disengaja.)

.

Tidak perlu yang indah untuk sesuatu yang sudah menakjubkan. Mereka berdua sering bertatapan penuh arti dan berbagi kopi serta mie instan di malam hari, dengan bintang-bintang menemani serta suara binatang malam yang bergema di langit.

Itu mereka lakukan secara konstan sampai usia ... eh, mereka sudah berapa tahun melakukan itu bersama?

.

"Rian, waktu itu kamu sengaja beli mie instan, kan, ya ...? Aku ingat percakapan kita entah berapa tahun yang lalu, kalau kamu tidak suka makan mie instan yang berkuah. Aku ingat sekali kalau kamu beli yang mie kuah rasa soto waktu itu."

Rian terkekeh dengan gigi yang sudah rontok banyak, "Sok tahu, kamu."

"Lucu, ya, bagaimana kita bertemu di saat orang-orang mendambakan sesuatu yang romantis: tabrakan di koridor, misalnya. Kita berbeda."

"Tentu, dong."

Dentingan sendok di cangkir kopi membuyarkan Karina dari lamunannya sendiri tentang warung ini tiga puluh tahun lalu. Mereka berdua kini berada di warung yang sama, menikmati waktu di malam hari. Iya, di warung. Warung yang mereka miliki setelah pemiliknya sudah tidak ada bertahun-tahun yang lalu.

Suara orang menyantap mie instan dengan nikmat terdengar di sebelahnya. Suara jangkrik bersahut-sahutan di kejauhan sana. Bintang tak bersuara, namun menikmati kenyamanan mereka berdua.

"Mau kopinya, Karina?"

"Aku lebih suka mie instan, terima kasih," ujar Karina sambil meraba rambut putihnya. Dengan sedikit membungkuk, dia mengintip mie instan berkuah milik Rian. "Jangan makan banyak-banyak mie instan, tahu," lalu dia menambahkan, "Kalau kopi, itu boleh."

"Ini mengingatkanku akan kita."

Karina, tanpa sadar, mendengus kencang. "Aku tahu itu romantis sekali."

Di antara selipan tangan-tangan keriput, Rian meremas genggamannya pada Karina. "Hei, aku merasa waktu membeku ketika kita bersama, karena aku selalu jatuh cinta padamu setiap harinya."

.

Karina menyeruput mie instan milik Rian ketika kepala Rian terkulai di kedua pahanya.

(Mungkin kalau sekali-sekali, tidak apa untuk makan banyak-banyak mie instan.)

.

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar