Rabu, 11 Maret 2015

Aku yang Tidak Tahu Apa-Apa

Aku yang Tidak Tahu Apa-Apa

(Ibu)

.

Ketika masih bocah, aku pernah bertanya pada Ibu. "Ibu, Ibu tidak pernah meninggalkan aku, 'kan? Aku selalu bosan kalau di rumah ..." Aku bertanya hal itu karena aku anak tunggal dan tidak punya saudara kandung, "Jadi Ibu terus ada di sampingku, 'kan?"

Tentu saja, Ibuku yang murah senyum dan tidak pernah mencibirku dengan pertanyaan paling bodoh sekali pun menyahutiku dengan suara yang penuh kasih, memberiku seluruh kehangatan yang tersalur dari kata-katanya sampai ke hati. "Tentu saja, Sayang."

Oh, aku percaya Ibu.

Aku sayang Ibu.

.

Aku heran kenapa ada orang yang sangat menyebalkan seperti Ibu.

Dia selalu mengekoriku ke mana-mana, seperti aku masih bocah saja. Di lain waktu ketika aku sedang duduk bersantai di kamar, dia akan membuka kamar dan mengganggu waktuku, lalu dia bertanya dengan suara menyebalkan, "Nak, mau bantuin Ibu nggak?"

Dengan spontan kujawab, "Tidak."

Matanya langsung sedikit turun tapi senyumnya tidak hilang. Dia mengangguk dan pergi. Aku melanjutkan kegiatanku semula, yaitu duduk-duduk santai di kasur sambil memikirkan apa yang akan kulakukan besok.

Hmm, apa, ya?

Ternyata pemikiran itu membuatku menutup mata dan merasakan kantuk yang menyerang. Saat bangun, aku melihat pemandangan wanita yang berkeringat dan wajahnya lelah tapi sedang memperhatikanku dalam-dalam. Astaga, apa yang diperhatikannya sampai harus melihatku dengan tatapan seperti itu? Aku risih, tahu.

"Apa lihat-lihat, Bu?"

"Nggak, Sayang," jawabnya pelan dan membuatku kesal. Lalu aku bertanya lagi.

"Apa yang Ibu lakukan sampai keringatan gitu?"

Harusnya aku tahu kalau dia sibuk bolak-balik hanya dengan berjalan kaki untuk berjualan kue. Namun karena tadi aku sibuk berleha-leha, pasti dia melakukannya sendirian karena Ayah sudah meninggal ketika aku masih kecil, dan aku anak tunggal, harusnya aku yang membantunya. Tapi ... aku capek habis mengerjakan tugas sekolah, ya ampun. 

Ibu hanya menggeleng pelan dan meninggalkanku di kamar.

Aku benci Ibu.

.

Terkadang, aku bertanya-tanya kenapa waktu bisa berlalu begitu cepat bahkan dalam sekejap mata.

Aku tahu kalau itu terdengar klise, tapi memang itu kenyataannya dan tidak bisa dibantah lagi. Dalam sekejap saja aku sudah menikah, punya suami dan punya anak. Omong-omong, ternyata mengurus anak itu tidak mudah. Aku kagum dengan Ibu.

Dan tentang Ibu ....

Aku pernah bertanya-tanya sampai kapan dia terus berada di sisiku. Aku teringat di masa lalu, aku meminta Ibu untuk terus bersamaku.

Dia sudah meninggalkanku ketika anakku sudah berumur tiga tahun.

Aku menangis keras-keras, sadar kalau tindakanku sangat tidak dewasa dan tindakanku sangat, sangat memalukan dan menjijikkan ketika aku masih remaja.

Aku cinta Ibu.

.

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar