Senin, 08 Juni 2015

Cakrawala

(08/06/2015)
Cakrawala

.

“Aku ingin pergi melihat petasan. Pokoknya petasan petasan petasan!”

Anak saya selalu rewel kalau itu berhubungan dengan kesukaannya—mercon, balon, bahkan hal remeh seperti gelembung sabun. Terkadang dia menunjuk-nunjuk sesuatu di atas, telunjuknya bergerak-gerak, dan barulah saya sadar bahwa yang ia maksud adalah awan. Dia juga bisa menghabiskan waktu lebih dari sepuluh menit hanya untuk memperhatikan burung-burung yang berkeliaran di depan rumah. Ada saat-saat di mana dia merengek minta dibelikan pesawat, padahal, ya ampun, saya bukan miliuner.

Walaupun begitu, saya menuruti permintaannya. Menyusuri jalanan yang ramai dan penuh dan sangatlah sesak untuk menunggu kembang api—dan petasan—menjelang Tahun Baru. Menahan diri untuk tidak mencaci siapa pun yang barusan menginjak kaki saya, menahan diri untuk tidak mengumpat ketika punggung saya tidak sengaja terjawil—pokoknya ramai sekali lah.

“30 DETIK LAGI!” Terdengar bahana yang membuat telinga saya berdengung. Saya mengerjapkan mata, masih berjalan perlahan seraya mendongak ke atas, menanti petasan yang ditunggu-tunggu semua orang.

Saya menggenggam tangan mungilnya erat-erat supaya tidak menjauh dari saya. Mendekati tiga puluh detik yang dimaksud, suara ribut semakin menjadi-jadi. Saya tidak mengalihkan pandangan dari langit. Langit. Kesukaan anak saya; mercon, balon, gelembung sabun, pesawat ….

Barulah saya sadari. Dia menyukai hal-hal yang berhubungan dengan langit. Saya berjongkok di hadapannya dan menatap wajahnya dengan sungguh-sungguh. Polos, inosen, murni. Dia menatap balik.

“Jadi,” kata saya dengan suara pelan kepadanya, namun percuma karena suara saya dikalahkan oleh keributan yang ada di sekitar, sehingga saya mengulangi hal tersebut sekali lagi dengan lebih kencang, “Jadi, kalau mama boleh tahu, kenapa kamu suka sama hal-hal yang berhubungan dengan langit?”

“3!”

“2!”

“1!”

Dia tidak menatap saya lagi, melainkan melihat langit dan tangannya tidak mau diam. Saya berdiri, ikut melihat ke atas, kagum dengan keindahan yang dihasilkan walaupun saya sangat membenci kebisingan.

Diam-diam, saya menunggu jawabannya. Dia pasti mendengar.

“MA,” sahutnya setelah beberapa menit dihabiskan untuk melongo melihat petasan, “AKU JUGA INGIN BISA TERBANG.”

Saya mematung di tempat.


“AKU INGIN MENGUNJUNGI PAPA.”

.
(fin)
.

#NulisRandom2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar